Ashar, senja dan hujan menjelang maghrib
Sore tadi, langit mulai menggelap. Awan kelabu berarak perlahan, menutupi sisa-sisa cahaya matahari yang mulai meredup. Jam di dinding menunjukkan pukul empat sore, waktu Ashar hampir tiba. Di luar jendela, rintik hujan mulai turun, membasahi dedaunan dan tanah yang kering. Aroma tanah basah bercampur dengan udara yang sejuk, menciptakan suasana yang begitu tenang dan syahdu.
Ashar, bagi umat Muslim, adalah penanda waktu untuk beribadah, sebuah jeda di tengah kesibukan dunia. Di saat yang sama, alam pun menunjukkan keindahannya melalui senja yang mempesona. Perpaduan antara ibadah dan keindahan alam ini menciptakan harmoni yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Senja, dengan warna jingga keemasan yang memudar, selalu menawarkan pesona yang berbeda setiap harinya. Kadang ia hadir dengan warna merah merona, kadang pula dengan warna ungu yang lembut. Namun, sore itu, senja hadir dengan warna kelabu yang sendu, berpadu dengan rintik hujan yang semakin deras.
Hujan yang turun menjelang Maghrib memiliki daya magis tersendiri. Ia membawa kesejukan dan ketenangan, membersihkan debu dan kotoran yang menempel di bumi. Suara rintiknya yang jatuh di atap dan dedaunan menciptakan melodi alam yang menenangkan jiwa.
Di saat seperti ini, hati terasa begitu dekat dengan Sang Pencipta. Keindahan alam yang terpampang di depan mata mengingatkan akan kebesaran-Nya. Suara adzan Maghrib yang berkumandang di kejauhan semakin menambah kekhusyukan suasana.
Ashar, senja, dan hujan menjelang Maghrib adalah tiga hal yang berpadu sempurna, menciptakan sebuah momen yang begitu istimewa. Momen di mana kita bisa merenung, bersyukur, dan mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Momen yang mengajarkan kita untuk menghargai waktu dan menikmati setiap detik kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar