Minggu, 05 Januari 2025

Makna Politik Kampus

Politik kampus, yang seharusnya menjadi wadah pembelajaran demokrasi dan kolaborasi antar mahasiswa, semakin tercoreng dengan keberadaan partai mahasiswa ilegal yang merusak dinamika sehat di lingkungan akademik. Partai ilegal ini muncul di tengah-tengah ketidakpuasan terhadap sistem politik kampus formal, tetapi justru membawa lebih banyak dampak negatif daripada solusi. Dengan beroperasi tanpa legitimasi resmi, partai mahasiswa ilegal menciptakan polarisasi, menyuburkan intrik, dan membuka peluang bagi praktik-praktik manipulatif seperti kampanye hitam atau penggalangan dukungan dengan cara-cara tidak etis. Keberadaan mereka menjadi cerminan nyata dari bagaimana politik kampus telah kehilangan fokus pada nilai-nilai dasar, yakni memperjuangkan kebutuhan kolektif mahasiswa dan menciptakan ruang inklusif untuk berorganisasi.

Fenomena ini semakin diperparah oleh lemahnya regulasi dan pengawasan dari pihak kampus, yang sering kali tidak mampu membendung pengaruh partai ilegal. Hal ini menciptakan ruang bagi mereka untuk memanfaatkan celah dalam sistem, seperti menekan kebijakan-kebijakan organisasi resmi, memanipulasi pemilu mahasiswa, atau bahkan memonopoli alokasi dana kegiatan untuk kepentingan kelompok mereka sendiri. Pada akhirnya, mahasiswa yang tidak terlibat dalam partai ini justru merasa semakin terpinggirkan, sementara citra politik kampus sebagai arena belajar dan berkembang secara kolektif semakin terdegradasi.

Keberadaan partai mahasiswa ilegal ini juga menjadi pengingat penting bahwa politik kampus perlu segera direformasi. Transparansi, akuntabilitas, dan inklusivitas harus menjadi prioritas utama agar mahasiswa tidak kehilangan kepercayaan terhadap sistem politik yang ada. Semua elemen kampus, mulai dari mahasiswa hingga pihak pengelola, harus bekerja sama untuk menciptakan regulasi yang lebih ketat, membuka ruang diskusi yang lebih inklusif, serta memastikan bahwa organisasi mahasiswa berjalan sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan kepentingan bersama. Hanya dengan demikian politik kampus dapat kembali menjadi ruang belajar yang sehat, bukan sekadar arena perebutan kekuasaan yang penuh intrik dan manipulasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Proses Demokrasi Kehilangan Konsistensinya

Pemira yang Dibuka Kembali: Ketika Proses Demokrasi Kehilangan Konsistensinya Pemira (Pemilihan Raya) adalah salah satu ajang demokrasi kamp...